MAKALAH
SEMIOTIKA
CHARLES PIERCE
Makalah ini diajukan
sebagai tugas Mata kuliah Semiotik Sastra
Dosen Pengampu:
Zaky
Mubarok
Ruang: V.526
Disusun Oleh:
Rofif Syuja’ Mu’tasyim
M. Pilos Yaprilsen
Fadel Muhammad Sofyan
PROGRAM STUDI SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hingga
selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun
pikirannya.
Harapan
penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca mengenai Semiotika
Charles Pierce. untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pamulang,
25 Maret 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
i
DAFTAR
ISI ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat
Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semiotik
2.2 Teori Semiotiks Menurut Charles Pierce
2.3 Biografi Charles Pierce
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
ii
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses komunikasi secara primer,
lambang atau simbol digunakan sebagai
media dalam penyampaian gagasan atau perasaan seseorang kepada orang lain.
Lambang di dalam proses komunikasi meliputi bahasa, gestur, isyarat, gambar,
warna, dan tanda-tanda lainnya yang dapat menerjemahkan suatu gagasan atau
perasaan seeorang (komunikator) kepada orang lain (komunikasi) secara langsung.
Dari berbagai lambang yang dapat digunakan di dalam proses komunikasi, bahasa
merupakan media yang paling banyak dipakai karena paling memungkinkan untuk
menjelaskan pemikiran seseorang, dan dengan bahasa pula segala kejadian masa
lalu, masa kini, maupun ramalan masa depan dapat dijelaskan.
Fungsi bahasa yang sedemikian rupa
menyebabkan ilmu pengetahuan dapat berkembang dan hanya dengan kemampuan
berbahasa, manusia dapat mempelajari ilmu pengetahuan. Kegagalan dalam proses
komunikasi banyak disebabkan oleh kesalahan berbahasa atau ketidakmampuan
memahami bahasa.
Semiotik merupakan ilmu atau metode ilmiah untuk melakukan analisis terhadap
tanda dan segala hal yang berhubungan dengan tanda. Tanda merupakan bagian yang
penting dari bahasa, karena bahasa itu sendiri terdiri dari kumpulan
lambang-lambang , dimana dalam lambang-lambang itu terdapat tanda-tanda. Oleh karenanya
tentu ada kaitan yang erat antara semiotika dengan proses komunikasi, mengingat
semiotika merupakan unsur pembangun bahasa dan bahasa merupakan media dalam
proses komunikasi. Pentingnya semiotika dalam komunikasi mendorong para ahli
dan ilmuan semiotik untuk merumuskan berbagai macam teori semiotika.
Teori-teori tersebut teruss berkembang dan saling melengkapi.
Menurut Barthes, bahasa berpengaruh dalam semua aspek kehidupan dan
ia boleh ditinjau melalui karya-karya yang terhasil. Karya merupakan cerminan
realiti sebenar yang diungkap dala bentuk tulisan.
Menurut Mana Sikana (1985: 175), pendekatan semiotik melihat karya
sastra sebagai satu sistem yang mempunyai hubungan dengan teknik dan mekanisme
penciptaan sebuah karya. Ia juga memberi tumpuan kepada penelitian dari sudut
ekspresi dan komunikasi.
Semiotik adalah sebuah disiplin ilmu sains umm yang mengkaji sistem
perlambangan di setiap bidang kehidupan. Ia bukan saja merangkumi sistem
bahasa, tetapi juga merangkumi lukisan, ukiran, fotografi maupun pementasan
drama atau wayang gambar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Semiotika
Semiotika
adalah kajian ilmu mengenai tanda yang ada dalam kehidupan manusia serta makna
dibalik tanda tersebut. Ada beberapa pendapat mengenai asal kata semiotika yang
keduanya dari bahasa Yunani, pertama adalah seme yang
berarti “penafsiran tanda”, sedangkan yang kedua adalah semeion yang
berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan
dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda,
seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993:1).
Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan, sebagai tanda.[1] tanda pada masa itu
masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanyahal lain.
Ahli sastra Teew (1984:6[2]. Mendefinisikan semiotik adalah tanda
sebagai tindak komnikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang
mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala
susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun.
Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis
pada abad kedua puluh.
2.2 Teori Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce
Pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang
filsuf dan pemikir Amerika yang cerdas, Charles Sanders Peirce (1839-1914).
Peirce (Berger, 2000 b:14, dalam Sobur, 2006:34-35) menandaskan bahwa
tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya
memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan
konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk
kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab akibat, dan simbol untuk asosiasi
konvensional.
Tabel berikut ini bisa
memperjelas hubungan tanda-tanda:
Tanda
|
Ikon
|
Indeks
|
Simbol
|
|
|
|
|
Ditandai dengan:
|
Persamaan (kesamaan)
|
Hubungan sebab-akibat
|
Konvensi
|
Contoh:
|
Gambar-gambar,Patung-patung,
Tokoh besar
|
Asap/Api,Gejala/penyakit,
Bercak merah/campak
|
Kata-kata, Isyarat
|
Proses
|
Dapat dilihat
|
Dapat diperkirakan
|
Harus dipelajari
|
Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah
pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya:
1. Dengan mengikuti sifat
objeknya, ketika menyebut tanda sebuah ikon.
2. Menjadi kenyataan dan
keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika menyebut tanda sebuah
indeks.
3. Kurang lebih, perkiraan yang
pasti bahwa hal itu diintrepretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat
dari suatu kebiasaan ketika menyebut tanda sebuah simbol.
Peirce (Pateda, 2001:44, dalam Sobur, 2006:41) mengadakan
klasifikasi tanda-tanda yang dikaitkan dengan ground (sesuatu yang digunakan
agar tanda bisa berfungsi) diklasifikasikan menjadi:
a.Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya
kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu.
b. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang
ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air
sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.
c. Legisign
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya
rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh
dilakukan manusia.
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas:
1.Ikon
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan
antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan
peta.
2. Indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap
sebagai tanda adanya api.
3. Simbol
Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya, hubungan di antaranya bersifat arbiter, hubungan berdasarkan
konvensi (perjanjian) masyarakat.
Memahami teori semiotika Charles Sanders Peirce yang
diuraikan di atas, maka penelitian iklan susu bubuk Milo pada media cetak
khususnya majalah Bobo akan lebih memfokuskan pada teori tersebut, karena teori
semiotika yang di paparkan oleh Charles Sanders Peirce memiliki makna yang
terkandung terhadap sifat objek nya.
Dalam teori ini ditemukan bahwa ada keterkaitan atau hubungan
antara tanda-tanda yang satu dengan yang lainnya, sehingga banyak mengandung
makna dalam tanda-tanda suatu objek yang diteliti.Teori ini dapat menguraikan
makna yang terdapat dalam tanda suatu objek, baik itu dari ikon, indeks, maupun
simbol.
Dengan demikian uraian teori di atas sangat membantu dalam
menganalisa suatu relasi tanda dengan elemen-elemen visual lainnya dan pesan
komunikasi yang terkandung dalam iklan susu bubuk Milo pada media cetak
khususnya majalah Bobo. Karena dalam iklan susu bubuk Milo dengan kategori yang
berbeda banyak menampilkan visualisasi yang menarik untuk diteliti dengan teori
tersebut sehingga makna yang terkandung dalam visualisasi tersebut dapat
diketahui.
2.3 Biografi Charles Pierce
Charles Sanders Pierce lahir pada 10 September 1839 di
Cambridge, Massachusetts, dan meninggal 19 April, 1914 di Milford,
Pennsylvania. Dia adalah seorang ahli logika, filsuf, dan ilmuwan. Sebagai
putra Benjamin Charles Sanders Peirce, seorang ilmuwan terkemuka dan guru besar
matematika di Harvard, Charles Sanders Peirce dibesarkan di lingkungan keluarga
intelektual. Di bawah bimbingan dan pendidikan ayahnya, pada usianya
yang baru menginjak dua belas tahun ia telah tertarik dengan logika.
Pada
tahun 1855, Charles Sanders Peirce memulai studinya di Harvard. Di sana ia
memulai persahabatan seumur hidup dengan filsuf dan psikolog William James,
yang sangat mendukung dia dalam sebagian besar hidupnya. Selama tahun pertama,
Charles Sanders Peirce melakukan penelitian pribadi dalam filsafat, terutama
berfokus pada Kant. Ia lulus pada tahun 1859 dan kemudian melanjutkan studinya
untuk mengejar Master, dan ia memperoleh gelar MA dari Harvard pada 1862. Empat
tahun kemudian, ia juga memperoleh gelar Bachelors of Science, summa cum laude,
dalam ilmu kimia.
Dari
1859 sampai 1891, Charles Sanders Peirce bekerja sebagai ilmuwan untuk United
States Coast dan Geodetic Survey, sambil melanjutkan studinya dalam logika.
Selama masa kerjanya di Survey tersebut, Charles Sanders Peirce dikirim ke
Eropa pada 1870-1871 untuk bekerja, dan sekali lagi pada tahun 1875-1876 dan
1877. Dia juga bekerja sebagai asisten di observatorium astronomi di Harvard,
antara tahun 1869 dan 1872. Hasilnya, ia menerbitkan Photometric Research
(1878), yang ternyata menjadi satu-satunya bukunya yang diterbitkan selama hidupnya.
Pada
tahun 1867, ia menjadi anggota The Academy of Arts dan sepuluh tahun kemudian,
pada tahun 1877, menjadi anggota National Academy of Sciences. Dia diangkat
menjadi dosen dalam ilmu logika di Universitas Johns Hopkins di 1879. Dia dipecat
dari jabatannya beberapa tahun kemudian, di 1884, seperti yang diumumkan, ia
menempuh kehidupan “gipsi “meskipun masih menikah. Dari kuliahnya itu, Charles
Sanders Peirce mengedit Studies in Logic (1883), koleksi esai para
ilmuwan dan mahasiswanya.
Masih
bekerja untuk Survey, Charles Sanders Peirce tinggal di Washington selama dua
tahun setelah pemecatannya. Pada tahun 1891, ia kemudian harus meninggalkan
U.S. Coast Survey. Setelah keluar, Charles Sanders Peirce membeli rumah dan
properti di Milford, Pennsylvania, di mana dia tinggal sampai kematiannya.
Inilah waktunya ketika ia didera kemiskinan yang mengenaskan.
Charles Sanders Peirce tergantung pada bantuan keuangan orang lain dan tidak
memiliki penghasilan lain selain pekerjaan sporadis sebagai
penerjemah dan konsultan ilmiah. William James tetap berkomitmen dan mencoba
untuk membantu Charles Sanders Peirce. antara lain ia menyelenggarakan dua
kuliah untuknya di Harvard agar ia memperoleh bayaran, dia juga mencari
dukungan untuk Charles Sanders Peirce dari teman-temannya.
Terlepas
dari situasi keuangannya yang memprihatinkan, Pierce tetap produktif dalam
menulis. Sepanjang hidupnya, Charles Sanders Peirce menerbitkan sejumlah besar
artikel akademis dalam jurnal terkenal, seperti Proceeding American Academy of
Arts and Sciences, atau American Journal of Matematics. Namun, banyak publikasi
yang ditolak atau tidak pernah selesai. Reputasinya sebagai filsuf datang
relatif terlambat.
Menjadi
seorang ahli kimia dengan pelatihan dan ahli geodesi melalu profesinya, Charles
Sanders Peirce tetap dianggap sebagai filsuf ilmiah, terutama
logika sebagai keahliannya. Karya-karyanya yang paling terkenal
adalah How to Make Our Ideas Clear, di mana ia mendirikan filsafat pragmatis,
dan The Fixation of Belief, di mana ia membela metode ilmiah yang
baginya adalah satu-satunya cara, yang dengannya kemajuan menuju pengetahuan
akan dapat dicapai. Keduanya diterbitkan dalam The Popular Science Monthly,
serial antara 1877 dan 1878.
Meskipun
minat utamanya adalah logika, dia terutama diakui sebagai pendiri mazhab
pragmatisme, sebuah nama yang oleh Charles Sanders Peirce diubah menjadi
“pragmaticism “pada tahun 1905 dalam rangka untuk memisahkan teori-teorinya.
Charles Sanders Peirce pragmati(ci)sm didasarkan pada gagasan bahwa setiap
konsep harus memiliki konsekuensi praktis dan dapat diamati, dengan asumsi
bahwa nilai dari Konsep tergantung pada hasilnya. Akibatnya, salah satu
kepentingan utamanya adalah untuk menunjukkan bagaimana filsafat dapat secara
praktis diterapkan pada persoalan yang dihadapi manusia. Hal ini ia coba dengan
menerapkan prinsip-prinsip ilmiah. Bagi Charles Sanders Peirce, filsafat harus
didasarkan pada prinsip-prinsip matematika.
Dalam
karyanya How to Make Our Ideas Clear, Charles Sanders Peirce telah menegaskan
demi sebuah gagasan tentang konsep yang jelas membedakan antara tiga
tingkat konsepsi. Sedangkan yang pertama terkait dengan keakraban dan bukti
diri, kedua menganggap adanya hubungan antara realitas dan fiksi, yang
berkaitan dengan sebuah penafsir. Tingkat ketiga berkaitan dengan konsepsi kita
tentang efek, yang menyebabkan konsepsi kita terhadap sebuah object.
Charles
Sanders Peirce dikenal karena sering menggunakan angka tiga. Terlepas dari
ilmu-ilmu (yang harus dibagi ke dalam ilmu-ilmu tentang penemuan, review, dan
ilmu-ilmu praktis, dia membedakan antara tiga bentuk filsafat. Agar
fenomenologi ini sangat hirarkis (apa yang muncul : menyelidiki
fenomena), ilmu normative (apa saja fenomena norma-norma hubungan
terhadap keindahan, kebaikan, dan kebenaran), dan metafisika (apa realitasnya
terhadap fenomena). Bagi Charles Sanders Peirce, fenomenologi adalah cabang
yang paling abstrak, sedangkan dua lainnya merupakan penerapan yang lebih
konkret. Lebih lanjut, ia membedakan antara tiga unsur fenomenologi : firstness
(kualitas ide-ide), secondness (eksistensi atau fakta), dan thirdness
(pemahaman, atau tanda-tanda). Dia kemudian membagi ilmu pengetahuan normative
menjadi estetika, etika, dan logika, dan metafisika menjadi metafisika
umum (ontologi), metafisika agama, dan metafisika fisik.
Setelah
menggeluti aljabar, grafik, problem empat warna dan sebagainya, Charles Sanders
Peirce juga membuat beberapa penemuan penting dalam matematika, misalnya dalam
“Logic of Relatives “(1870), di mana ia memperpanjang teori hubungan. “On the
Algebra of Logic: A Contribution to the Philosophy of Notation “(1885) / “Di
Aljabar Logika : Sebuah Kontribusi terhadap Filsafat Notasi “(1885) dikutip oleh
Ernst Schröder yang dengannya Charles Sanders Peirce memiliki hubungan
intensif. Pierce juga dianggap sebagai salah satu pendiri statistik. Sebagai
seorang ilmuwan yang sangat inovatif dan kreatif, Charles Sanders Peirce
memiliki pengaruh yang sangat besar dan luas terhadap pemikir lain
seperti Alfred North Whitehead, Karl Raimund Popper, Bertrand Russell, dan
muridnya, John Dewey.
Charles
Sanders Peirce meninggal karena kanker pada tanggal 20 April 1914. Dia
meninggalkan sejumlah besar karya dengan berbagai topic termasuk logika,
matematika, geodesi, astronomi, fisika, filsafat, dan ekonomi. Di antara
karya-karyanya yang paling penting mengenai pragmatisme adalah What
Pragmatism Is (1905), Issues of Pragmaticism (1905) Prolegomena To an Apology
For Pragmaticism (1906). Di antara tulisannya yang terkenal adalah Grounds of
Validity of the Laws of Logic: Further Consequences of Four Incapacities
(1869), The Harvard lectures on British logicians (1869–70), Description of a
Notation for the Logic of Relatives (1870) On the Algebra of Logic (1880).
Karya filsafatnya yang lain adalah The Monist Metaphysical Series (1891–93) A
Neglected Argument for the Reality of God (1908).
Penelitian
yang paling terkemuka mengenai Charles Sanders Peirce dilakukan oleh sejarawan
Carolyn Eisele dan Max Fisch dan, dan pada tahun 1946, Charles Sanders Peirce
Society didirikan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari
pemaparan makalah diatas dapat disimplkan bahwa:
Semiotik
merupakan ilmu yang mengkaji tanda-tanda dalam kehidupan manusia. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam
tanda yang perlu diartikan bahkan ditafssirkan dari suatu tanda. Charles
Sanders Pierce merupakan salah satu tokoh semiotika yang sangat berpengaruh.
Adapun teori semiotika Charles Sander
Pierce adalah tanda sebagai “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Hingga pada
akhirnya ia berkeyakinan bahwa manusia berfikir dalam tanda. Secara etimologi
ia menyatakan bahwa “kita hanya berfikir dalam tanda”. Tanda selain simbol
dengan logika tanda juga merpakan alat komnikasi. Dari sini Charles Sanders
Pierce semakin yakin segala sesuatu adalah tanda.
3.2
Saran
Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap
perlu menyampaikan saran. Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih
memahami materi dalam makalah ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang
mempelajari tentang Semiotika
menurut Charles Pierce. Agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum tentang Semiotika khususnya semiotika menurut Charles Pierce melalui pemaparan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://menurutahli.blogspot.com/2015/12/teori-semiotika-menurut-charles-sanders.html
https://pakarkomunikasi.com/teori-semiotika-charles-sanders-peirce
http://goedangbiografi.blogspot.com/2016/05/biografi-dan-pemikiran-charles-sanders.html
ulfahzakiyah.blogspot.com
:2015/12