Nama : Rofif Syuja’ Mu’tasyim
Kelas : 526
MK :Kajian Film dan Sastra
DANUR 2: Maddah
Danur 2: Maddah merupakan film horror Indonesia
yang merupakan lanjutan cerita dari film sebelumnya Danur: I Can See Ghosts.
Film ini diadaptasi dari buku karya Risa Saraswati, Maddah.Danur 2: Maddah
dibintangi oleh Prilly Latuconsina, Sandrinna Michelle, Kevin Bzezovski Taroreh,
Matthew White, Justin Rossi, Shawn Adrian Khulafa, Sophia Latjuba, dan Bucek
Depp. Film Danur 2: Maddah ini rillis tayang di bioskop Indonesia pada tanggal
28 Maret 2018. Disutradarai oleh Awi Suryadi, dan penulis skenarionya pun masih
sama, yaitu Lele Laila.
Pada kuartal pertama tahun lalu, Danur
yang diadaptasi dari buku bertajuk sama rekaan Risa Sarasvati dilepas ke
jaringan-jaringan bioskop tanah air. Guliran kisah yang didasarkan pada
pengalaman nyata Risa kala bersentuhan dengan dunia gaib tersebut, nyatanya
berhasil mengumpulkan 2,7 juta penonton sekaligus membangkitkan kembali tren
film horror di perfilman Indonesia. Tidak mengherankan sebetulnya mengingat
materi sumbernya laris manis di pasaran, pelakon utamanya adalah Prilly
Latuconsina yang telah membentuk basis penggemar cukup besar, dan film arahan
Awi Suryadi ini sendiri tergolong memiliki teknis penggarapan cukup baik. Satu
hal yang lantas membuat saya terganggu sehingga Danur tidak pernah
benar-benar meninggalkan kesan mendalam adalah trik menakut-nakutinya yang
kelewat receh. Penggunaan skoring musik dan kemunculan si hantu terasa
serampangan yang justru bikin sebal alih-alih ketakutan. Pokoknya penonton
kaget, maka sudah selesai perkara (duh!). Gagal memperoleh pengalaman menonton
sesuai pengharapan inilah yang lantas membuat saya kurang bersemangat untuk menonton
jilid keduanya yang bertajuk Danur 2: Maddah. Namun rasa penasaran yang
telah meredup itu perlahan mulai bangkit usai menengok materi promosinya yang
tampak menjanjikan sampai-sampai satu pertanyaan pun terbentuk: apa mungkin si
pembuat film telah belajar dari kesalahan sehingga sekuelnya ini mampu tersaji
lebih baik?
Dalam Danur 2: Maddah, teror yang
dialami oleh Risa (Prilly Latuconsina) tidak lagi berlangsung di rumah sang
nenek yang kini dikisahkan telah berpulang ke Yang Maha Satu. Kali ini, Risa
mencium bau danur tatkala bertandang ke rumah Tante Tina (Sophia Latjuba) dan
Om Ahmad (Bucek) yang dikisahkan baru saja pindah ke Bandung. Semenjak kedua
orang tuanya dinas ke luar negeri, Risa beserta adiknya, Riri (Sandrinna
Michelle Skornicki), memang kerap mampir ke rumah kerabat mereka ini demi
membunuh sepi. Yaaa, sekalian hitung-hitung menjaga tali silaturahmi. Namun
ketenangan Risa mulai terusik tatkala sepupunya, Angki (Shawn Adrian), menaruh
kecurigaan ada sesuatu yang tidak beres di rumah mereka apalagi ayahnya mulai
bertingkah tidak wajar termasuk menanam bunga sedap malam di pekarangan rumah.
Risa bisa merasakan itu, tapi anehnya, dia tidak bisa melihat apapun. Justru
dia melihat Om Ahmad pergi berduaan bersama perempuan lain. Siapa dia? Apa dia
ada keterkaitannya dengan semua keanehan yang terjadi di rumah? Benarkah Om
Ahmad selingkuh? Demi mengetahui kebenaran di baliknya, Risa pun mulai mengorek
informasi mengenai si perempuan misterius ini. Akan tetapi upayanya untuk
mendapatkan informasi senantiasa mengalami hambatan karena sebuah kekuatan
jahat yang entah darimana asalnya tiba-tiba memancar kuat di rumah kerabatnya
ini dan tidak segan-segan melukai para penghuni rumah.
Menjawab pertanyaan yang tertinggal di
penghujung paragraf pertama, saya bisa mengatakan bahwa Danur 2: Maddah
adalah sebuah sekuel yang baik. Tidak ada tipu-tipu dalam materi promosinya.
Dibandingkan dengan instalmen pertama yang terbilang berisik namun hampa, seri
kedua ini mempunyai daya cekam yang lebih kuat. Kentara terlihat, si pembuat
film telah mempelajari kesalahan-kesalahan apa saja yang telah mereka perbuat
dari film terdahulu dan berusaha untuk memperbaikinya di sini. Ucapkan selamat
tinggal kepada iringan musik yang memekakkan telinga serta hantu banci tampil yang
tiap beberapa detik sekali memberi ‘cilukba’ kepada penonton. Sekali ini, Awi
Suryadi menunjukkan sensitivitasnya dalam menangani film horor dengan lebih
bersabar dalam membangun teror setapak demi setapak (bukan lagi asal ‘jrengggg!’
tanpa relevansi yang jelas) dan banyak mengandalkan atmosfer yang mengusik rasa
nyaman. Pilihan ini mungkin akan terasa asing bagi penonton yang doyan dikageti
dengan bejibun penampakan sekalipun tanpa makna, namun pilihan ini harus diakui
tepat karena sejumlah jump scare di Danur 2: Maddah justru terasa
cukup efektif. Memang sih tak sepenuhnya mulus, ada beberapa yang kemunculannya
kurang diperlukan kecuali semata-mata demi membuat penonton terlonjak dari
kursi bioskop – tapi paling tidak, terornya tak sampai kelewat repetitif dan
berakhir menggelikan seperti film pertama yang seketika meruntuhkan rasa
takut.
Danur 2: Maddah juga memiliki
satu dua adegan yang menggoreskan kesan baik seusai menontonnya di layar lebar.
Salah satu paling membekas adalah sesosok hantu perempuan yang bersuka cita
mengikuti lantunan dzikir Tante Tina. Ngeri nggak sih bayangin kita lagi
berdzikir lalu di depan kita ternyata ada makhluk halus yang bergoyang-goyang
mendengar dzikir kita? Kalau bagi saya sih serem banget, karena mampu membuat
orang yang dzikir akan teringat dengan hal demikian. Kemampuan Awi dalam
menciptakan rasa ngeri ini mendapat sokongan bagus dari sinematografi yang
menimbulkan nuansa “ada sesuatu tak beres di sekitarmu”, rias wajah yang
membuat kita enggan berlama-lama menatap wajah si hantu, dan performa ciamik
dari Prilly Latuconsina yang kian menegaskan bahwa dia adalah salah satu aktris
muda berbakat saat ini. Di tangannya, kita mampu merasakan kegundahan hati Risa
lalu menyematkan setitik simpati kepada karakternya. Yang kemudian menghalangi
Prilly untuk berkembang lebih jauh dan menghalangi pula kengerian untuk
mencapai level maksimal adalah naskah yang sungguh tipis. Karakterisasi untuk
Risa, Riri, Tante Tina, Om Ahmad, Angki, apalagi hantu-hantu sahabat Risa
(masih dibuat bertanya-tanya dengan kontribusi mereka pada penceritaan),
berjalan di tempat dan cenderung ‘satu nada’. Kita tidak pernah benar-benar
mengenal mereka maupun membentuk ikatan emosi dengan mereka. Maka ketika satu
dua karakter tertimpa bencana, rasa was-was urung hadir yang sedikit banyak
menurunkan intensitas. Andai saja Danur 2: Maddah ini berkenan
memperhatikan sisi naskah lebih mendalam lagi – tak sebatas trik menakut-nakuti
sekalipun ini perlu juga – bukan tidak mungkin film akan tersaji lebih
mencengkram dan mencekam karena potensinya sendiri terpampang nyata.
Ketika kita mendengar judul film horror,
tentunya kita akan bertanya, karena sedikit asing dengan bahasa tersebut.
Apasih itu Danur? Dan apa arti dari Maddah? Pertanyaan seperti itu sempat
terlintas di benak saya dan semakin membuat para penonton makin penasaran. Danur dikenal sebagai cairan yang keluar dari mayat yang membusuk. Sedangkan
Maddah artinya adalah “dibaca lebih dalam” atau memliki arti yang panjang. Jika
dilihat dari trailer film tersebut. Risa memasuki kamar mayat dan berdialog
dengan penjaga kamar tersebut, dan berdialog “ini bau danur, tapi sepertinya
kau sudah taka sing lagi”. Ucap wanita penjaga kamar mayat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar