Minggu, 23 September 2018

Artikel tentang "peran Orangtua Dalam Menanggulangi Tawuran"


“Peran Orangtua Dalam Menanggulangi Tawuran”
Oleh: Rofif Syuja’ Mu’tasyim

Tawuran pelajar antar sekolah sepertinya sudah menjadi noda hitam di dunia pendidikan Indonesia. Tawuran seakan dilestarikan sebagai warisan budaya, diwariskan dari satu angkatan pelajar senior ke juniornya selama bertahun-tahun. Seperti pada kasus tawuran antara SMK Biphuri dan SMK Sasmita Jaya yang terjadi di depan Taman Tekno BSD, Jalan Puspitek Raya, Setu, Tangerang Selatan, Selasa (31-07-2018) sore. Akibat tawuran tersebut, Fauzan adalah salah satu korban akibat tawuran antar pelajar tesebut. Fauzan mengalami luka serius akibat tertancap senjata tajam di pipi kirinya. Kemudian Fauzan dibawa ke RS Hermina Serpong, Tangerang Selatan. Setelah 7 jam mendapat perawatan medis, Fauzan dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Sebelumnya petugas RS Hermina Serpong tidak berani mengambil langkah lebih lanjut untuk mencabut sajam dari pipi Fauzan disebabkan peralatan medis yang minim. Fauzan masuk RS Hermina sekitar pukul 16.00 WIB akhirnya dilarikan ke RSCM sekitar pukul 23.00 WIB dengan posisi kepala berada di bagian belakang ambulans. Hal itu terjadi lantaran petugas medis khawatir ambulans yang membawa Fauzan tak cukup ruang untuk Fauzan dan sajam yang berukuran sekitar 50 cm itu.
 “kalau kita ikutin SOP kan harusnya kepalannya di depan saat masukin ke ambulans. Nah ini mah engga muat, karena ada sajamnya nempel, ga mungkin dicabut dulu, makanya posisinya kita balik kepalanya, “ kata salah satu petugas medis ambulans.
Rabu, 08 Agustus 2018, Fauzan menghembuskan nafas terakhir di RSCM. Setelah 3 hari sebelumnya sajam yang tertancap di pipinya dicabut, Fauzan telah menjalani 11 hari perawatan di RSCM. Tak hanya itu, Kota Tangerang Selatan pun tercoreng setelah beberapa hari sebelumnya mendapat predikat kota layak anak.
Menanggapi kejadian diatas, sangat disayangkan sekali jika waktu- waktu yang dilalui hanya untuk hal- hal yang tak bermanfaat, salah satunya tawuran. Padahal masa- masa SMK adalah masa dimana menuju jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Tawuran pun tak ada manfaatnya sama sekali bagi masing- masing orang, apalagi untuk sekolah. Pentingnya pendidikan dan berteman dengan orang- orang baik sangat diperlukan. Karena, ada beberapa anak yang hanya ikut- ikutan tawuran karena senior pun turut andil didalamnya. Dan adapula yang memang ingin menunjukkan keperkasaan sekolah tersebut, padahal dari pihak sekolah sendiri pun tak mengajarkan perihal demikian kepada anak- anak muridnya. Pemikiran- pemikiran yang dangkal yang telah mereka pikirkan, tanpa memikir kedepan apa yang bisa saja terjadi.
Kejadian tawuran antar pelajar di era milenial kali ini maih sering sekali terjadi. Fauzan dari SMK Sasmita Jaya yang sudah menjadi korban yang cukup parah pun ternyata bukanlah akhir dari tawuran antar pelajar. Tawuran pelajar kembali terjadi pada Rabu, 29 Agustus 2018 di Jalan KH. Hasyim Ashari, Cipondoh, Kota Tangerang. Namun tawuran yang terjadi di Cipondoh itu belum diketahui asal sekolah mereka. Polsek Cipondoh pun langsung melerai aksi tersebut. Aksi kejar- kejaran pun mewarnai antara pelajar dan polisi. Kemudian tertangkaplah dua orang yang diduga sebagai provokatornya. Dari hasil penangkapan tersebut. “mereka membawa senjata tajam jenis celurit dan gergaji,” ujar Kapolsek Cipondoh, Kompol Sutrisno.

Tak hanya itu. Dikabarkan melalui SindoNews.com. puluhan pelajar kembali terlibat tawuran di Jalan Raya Gatot Subroto, KM 5, Jatiuwung, Kota Tangerang. Kasat Reskrim Polresto Tangerang AKBP Deddy Supriyadi mengatakan, tawuran pecah sekitar pukul 19.00 WIB. Tawuran ini melibatkan tiga sekolah, yakni SMKN 4, SMKN 2, dan SMK 68 veteran. “mereka ingin menyerang siswa SMK Yupentek, Curug, Kabupaten Tangerang. Sebanyak 91 pelajar berhasil kami amankan dalam tawuran itu,” ujar Deddy. Menurut Deddy, tawuran berlangsung sengit. Para siswa sempat saling lempar batu dan mengadu senjata tajam jenis parang, pedang, celurit, bambu, dan benda lainnya. Dengan aksi tawuran tersebut juga membuat macet jalan raya.  
Menurut azzamaviero.com, ada 10 faktor terjadinya tawuran antar pelajar, diantaranya: faktor keluarga, faktor pergaulan, faktor mental dan gengsi, faktor lingkungan, faktor sekolah, faktor narkoba dan barang haram lainnya, tumbuhnya jiwa premanisme, perhatian guru, dan minimnya pengetahuan agama. Sudah jelas penjelasan tersebut mengenai faktor penyebab tawuran antar pelajar. Lantas, adakah cara mengatai tawuran antar pelajar yang sering terjadi?.  Menurut guruppkn.com, untuk mengawai tawuran setidaknya ada dua macam pendekatan yaitu preventif (mencegah) dan kuratif (menanggulangi). Pendekatan- pendekatan tersebut dilakukan berdassarkan faktor- faktor penyebab munculnya tawuran. Beberapa pendekatan preventif untuk mencegah terjadinya tawuran, yakni: pendekatan keluarga,pembatasan pergaulan, pengendalian diri. Sedangkan, pendekatan kuratif  yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran yang terlanjur terjadi yaitu: penegakkan hukum oleh aparat kepolisian, peran aktif guru dan lingkungan sekolah, peran aktif dari pihak keluarga.
Terlepas dari peran aktif sekolah, peran orang tua juga perlu diprioritaskan dalam upaya mengatasi tawuran pelajar.
Pendidikan dalam keluarga sangat penting sebagai landasan dasar yang membentuk karakter anak sejak awal. Peran orang tua tidak hanya sebatas menanamkan norma-norma kehidupan sejak dini. Mereka harus terus berperan aktif, terutama pada saat anak-anak menginjak usia remaja, di mana anak-anak ini mulai mencari jati diri.
Bagaimana orang tua dapat berperan aktif? Orang tua mesti senantiasa menjaga komunikasi, keharmonisan keluarga serta membentengi mereka dengan pendidikan agama yang benar. Melalui tiga cara ini, orang tua dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya. Dengan adanya teladan yang baik di rumah, mereka akan lebih tidak mudah terpengaruh untuk terlibat dengan aktivitas yang bersifat anarkis.
-          Menjalin komunikasi yang baik. Kenyataan di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja hingga anak-anak ini kehilangan figur orang tua mereka. Sesibuk apapun, orang tua mesti berusaha meluangkan waktu bersosialisasi dengan anak remaja mereka. Luangkan waktu di akhir pekan untuk berkumpul dan mendengar keluh kesah mereka. Posisikan diri anda sebagai teman bagi anak anda dalam memberikan feedback. Dia akan merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa harus menyimpang ke perilaku destruktif.
-          Menjaga keharmonisan keluarga. Emosi anak-anak usia remaja sangatlah labil. Untuk itu, anda harus pandai-pandai menjaga emosi anak. Usahakan untuk tidak mendikte atau mengekang anak selama yang dilakukannya masih positif. Usahakan juga untuk tidak melakukan tindak kekerasan di dalam rumah dan tidak melakukan pertengkaran fisik di hadapan sang anak. Mereka akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tua sendiri tidak bisa menghargai anggota keluarga sendiri, bagaimana anak-anak bisa belajar menghargai orang lain?
-          Memberi pendekatan agama yang benar. Pendidikan agama dalam keluarga juga berperan penting dalam memberi fondasi yang kuat dalam membentuk kepribadian seseorang. Fondasi agama yang benar bukan terletak pada ritual keagamaan yang dijalankan, tapi lebih mengarah kepada penerapan nilai-nilai moral dan solidaritas kepada sesama.