TELAAH PUISI
Oleh: Rofif Syuja’
Mu’tasyim
SAJAK
PUTIH
(Karya:
Chairil Anwar)
Bersandar
pada tari warna pelangi
Kau
depanku bertudung sutra senja
Di
hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum
rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa
tiba
Meriak muka airkolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup
dari hiduku, pintu terbuka
Selama
matamu bagiku menengadah
Selama
kau darah mengalir dari luka
Antara
kita mati datang tidak
Membelah…
1.
Citraan
Citraan
dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi
pembaca melalui ungkapan tidak langsung.
a. Citraan
Visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “kau depanku
dan menarik menari”.
b. Citraan
indera (pencium) terlihat pada bait keempat yaitu “harum rambutmu”.
c. Citraan
indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu “sepi menyanyi”.
2.
Gaya Bahasa
Dalam
puisi “Sajak Putih” gaya bahasa (majas) yang muncul yaitu:
a. Pada
baris ketiga bait pertama, yaitu “dihitam matamu kembang mawar dan melati”,
merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung.
Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik,
biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarkan cinta dan melati putih menggambarkan
keucian. Jadi dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan
mengikat
b. Majas repetisi pada baris kesembilan
bait ketiga, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”,
menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan.
c. Pada baris 1 bait 1 yaitu, “Tari
warna pelangi” merupakan bahasa kiasan personifikasi yang menggambarkan benda
mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “Rambutmu mengalun bergelut senda”
juga menggunakan bahasa kiasan personifikasi.
d. Dalam bait kedua baris pertama,
“Sepi menyanyi” adalah personifikasi karena mereka berdua tidak berkata-kata,
suasana begitu khusuk seperti waktu malam untuk mendoa tiba. Dalam keadaan diam
itu, jiwa si akulah yang berteriak seperti air kolam kena angin.
e. Majas Anatonomasia pada bait kesatu
baris kedua yaitu, “Kau depanku bertudung sutra senja” yang menggunakan ciri
fisik seseorang sebagai penggantinya.
3.
Pengimajian
Dalam
puisi sajak putih digambarkan gadis si aku pada suatu senja hari yang indah ia
duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada warna pelangi yaitu
langit senja yang indah penuh dengan macam-macam warna. Gadis itu bertudung
sutra diwaktu haru sudah senja. Sedangkan rambut gadis itu yang harum ditiup
angin tampak seperti sedang bersenda gurau, dan dalam mata gadis yang hitam
kelihatan bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar dan melati yang mekar
menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik . Suasana pada saat itu sangat
menyenangkan, menarik dan penuh keindahan yang membuat si aku haru dengan semua
itu.
Dalam
pertemuan kedua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang
menggambarkan tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya diam tanpa ada
sepatah kata yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa. Hanya kata hati
yang berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu mengakibatkan jiwa si aku
bergerak seperti hanya permukaan kolam yang terisa air yang beriak tertiup
angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu, didalam dada si aku terdengar lagu
yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa kegembiraan itu digambarkan
dengan menari seluruh aku.
Hidup
dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh
dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yang pasti bisa
diwujudkan selama gadis kekasihnya masih menengadahkan mukanya ke si aku. Ini
merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai si aku, mau memandang kemuka si
aku.
Begitu
juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar, dikiaskan
dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematian tiba pun keduanya
masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan suara hati
si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan kejujuran, dsan
keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan
jujur.
4.
Amanat
Dalam puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah
bahwa jika kita mencintai seseorang harus berani untuk menyatakaan perasaan
kita masing-masing, menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita, dan
berusahalah untuk selalu mencintai dan ada disisinya sampai hembusan nafas
terakhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar