Selasa, 20 Oktober 2020

SEMIOTIKA CHARLES PIERCE

 

MAKALAH

SEMIOTIKA CHARLES PIERCE

Makalah ini diajukan sebagai tugas Mata kuliah Semiotik Sastra

Dosen Pengampu:

Zaky Mubarok

Ruang: V.526

Disusun Oleh:

Rofif Syuja’ Mu’tasyim

M. Pilos Yaprilsen

Fadel Muhammad Sofyan

 

 

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PAMULANG

2019

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun pikirannya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca mengenai Semiotika Charles Pierce. untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 

 

Pamulang, 25 Maret 2019

 

  Penulis

 

 

 

 

 

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                              i

DAFTAR ISI                                                                                                              ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang                                                                                               

1.2  Rumusan Masalah                                                                                          

1.3  Tujuan Penulisan                                                                                            

1.4  Manfaat  Penulisan                                                                                        

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian  Semiotik                                                                                      

2.2  Teori Semiotiks Menurut Charles Pierce                                                        

2.3  Biografi Charles Pierce                                                                                  

BAB III PENUTUP

A.    Simpulan                                                                                                        

B.     Saran                                                                                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ii

BAB I

PENDAHULAN

1.1  Latar Belakang

Dalam proses komunikasi secara primer, lambang atau  simbol digunakan sebagai media dalam penyampaian gagasan atau perasaan seseorang kepada orang lain. Lambang di dalam proses komunikasi meliputi bahasa, gestur, isyarat, gambar, warna, dan tanda-tanda lainnya yang dapat menerjemahkan suatu gagasan atau perasaan seeorang (komunikator) kepada orang lain (komunikasi) secara langsung. Dari berbagai lambang yang dapat digunakan di dalam proses komunikasi, bahasa merupakan media yang paling banyak dipakai karena paling memungkinkan untuk menjelaskan pemikiran seseorang, dan dengan bahasa pula segala kejadian masa lalu, masa kini, maupun ramalan masa depan dapat dijelaskan.

Fungsi bahasa yang sedemikian rupa menyebabkan ilmu pengetahuan dapat berkembang dan hanya dengan kemampuan berbahasa, manusia dapat mempelajari ilmu pengetahuan. Kegagalan dalam proses komunikasi banyak disebabkan oleh kesalahan berbahasa atau ketidakmampuan memahami bahasa.

Semiotik merupakan ilmu atau metode ilmiah untuk melakukan analisis terhadap tanda dan segala hal yang berhubungan dengan tanda. Tanda merupakan bagian yang penting dari bahasa, karena bahasa itu sendiri terdiri dari kumpulan lambang-lambang , dimana dalam lambang-lambang itu terdapat tanda-tanda. Oleh karenanya tentu ada kaitan yang erat antara semiotika dengan proses komunikasi, mengingat semiotika merupakan unsur pembangun bahasa dan bahasa merupakan media dalam proses komunikasi. Pentingnya semiotika dalam komunikasi mendorong para ahli dan ilmuan semiotik untuk merumuskan berbagai macam teori semiotika. Teori-teori tersebut teruss berkembang dan saling melengkapi.

Menurut Barthes, bahasa berpengaruh dalam semua aspek kehidupan dan ia boleh ditinjau melalui karya-karya yang terhasil. Karya merupakan cerminan realiti sebenar yang diungkap dala bentuk tulisan.

Menurut Mana Sikana (1985: 175), pendekatan semiotik melihat karya sastra sebagai satu sistem yang mempunyai hubungan dengan teknik dan mekanisme penciptaan sebuah karya. Ia juga memberi tumpuan kepada penelitian dari sudut ekspresi dan komunikasi.

Semiotik adalah sebuah disiplin ilmu sains umm yang mengkaji sistem perlambangan di setiap bidang kehidupan. Ia bukan saja merangkumi sistem bahasa, tetapi juga merangkumi lukisan, ukiran, fotografi maupun pementasan drama atau wayang gambar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Semiotika

Semiotika adalah kajian ilmu mengenai tanda yang ada dalam kehidupan manusia serta makna dibalik tanda tersebut. Ada beberapa pendapat mengenai asal kata semiotika yang keduanya dari bahasa Yunani, pertama adalah seme yang berarti “penafsiran tanda”, sedangkan yang kedua adalah semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993:1). Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan, sebagai tanda.[1] tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanyahal lain.

Ahli sastra Teew (1984:6[2]. Mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komnikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh.

 

 

 

 

 

 

2.2 Teori Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce 

Pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang filsuf dan pemikir Amerika yang cerdas, Charles Sanders Peirce (1839-1914). Peirce (Berger, 2000 b:14, dalam Sobur, 2006:34-35) menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab akibat, dan simbol untuk asosiasi konvensional.

Tabel berikut ini bisa memperjelas hubungan tanda-tanda:

 

Tanda

Ikon

Indeks

Simbol

 

 

 

 

Ditandai dengan:

Persamaan (kesamaan)

Hubungan sebab-akibat

Konvensi

Contoh:

Gambar-gambar,Patung-patung, Tokoh besar

Asap/Api,Gejala/penyakit, Bercak merah/campak

Kata-kata, Isyarat

Proses

Dapat dilihat

Dapat diperkirakan

Harus dipelajari

Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya:

1.      Dengan mengikuti sifat objeknya, ketika menyebut tanda sebuah ikon.

2.      Menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika menyebut tanda sebuah indeks.

3.      Kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diintrepretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika menyebut tanda sebuah simbol.

 

 

Peirce (Pateda, 2001:44, dalam Sobur, 2006:41) mengadakan klasifikasi tanda-tanda yang dikaitkan dengan ground (sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi) diklasifikasikan menjadi:
a.Qualisign

Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu.

b. Sinsign

Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.

c. Legisign

Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas:
1.Ikon

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta.
2. Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api.

 

 


3. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungan di antaranya bersifat arbiter, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.

Memahami teori semiotika Charles Sanders Peirce yang diuraikan di atas, maka penelitian iklan susu bubuk Milo pada media cetak khususnya majalah Bobo akan lebih memfokuskan pada teori tersebut, karena teori semiotika yang di paparkan oleh Charles Sanders Peirce memiliki makna yang terkandung terhadap sifat objek nya.

Dalam teori ini ditemukan bahwa ada keterkaitan atau hubungan antara tanda-tanda yang satu dengan yang lainnya, sehingga banyak mengandung makna dalam tanda-tanda suatu objek yang diteliti.Teori ini dapat menguraikan makna yang terdapat dalam tanda suatu objek, baik itu dari ikon, indeks, maupun simbol.

Dengan demikian uraian teori di atas sangat membantu dalam menganalisa suatu relasi tanda dengan elemen-elemen visual lainnya dan pesan komunikasi yang terkandung dalam iklan susu bubuk Milo pada media cetak khususnya majalah Bobo. Karena dalam iklan susu bubuk Milo dengan kategori yang berbeda banyak menampilkan visualisasi yang menarik untuk diteliti dengan teori tersebut sehingga makna yang terkandung dalam visualisasi tersebut dapat diketahui.

2.3  Biografi Charles Pierce

Charles Sanders Pierce lahir pada 10 September 1839 di Cambridge, Massachusetts, dan meninggal 19 April, 1914 di Milford, Pennsylvania. Dia adalah seorang ahli logika, filsuf, dan ilmuwan. Sebagai putra Benjamin Charles Sanders Peirce, seorang ilmuwan terkemuka dan guru besar matematika di Harvard, Charles Sanders Peirce dibesarkan di lingkungan keluarga intelektual. Di bawah bimbingan dan pendidikan ayahnya,  pada usianya yang baru menginjak dua belas tahun ia telah tertarik dengan logika.

            Pada tahun 1855, Charles Sanders Peirce memulai studinya di Harvard. Di sana ia memulai persahabatan seumur hidup dengan filsuf dan psikolog William James, yang sangat mendukung dia dalam sebagian besar hidupnya. Selama tahun pertama, Charles Sanders Peirce melakukan penelitian pribadi dalam filsafat, terutama berfokus pada Kant. Ia lulus pada tahun 1859 dan kemudian melanjutkan studinya untuk mengejar Master, dan ia memperoleh gelar MA dari Harvard pada 1862. Empat tahun kemudian, ia juga memperoleh gelar Bachelors of Science, summa cum laude, dalam ilmu kimia.

            Dari 1859 sampai 1891, Charles Sanders Peirce bekerja sebagai ilmuwan untuk United States Coast dan Geodetic Survey, sambil melanjutkan studinya dalam logika. Selama masa kerjanya di Survey tersebut, Charles Sanders Peirce dikirim ke Eropa pada 1870-1871 untuk bekerja, dan sekali lagi pada tahun 1875-1876 dan 1877. Dia juga bekerja sebagai asisten di observatorium astronomi di Harvard, antara tahun 1869 dan 1872. Hasilnya, ia menerbitkan Photometric Research (1878), yang ternyata menjadi satu-satunya bukunya yang diterbitkan selama hidupnya.

            Pada tahun 1867, ia menjadi anggota The Academy of Arts dan sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1877, menjadi anggota National Academy of Sciences. Dia diangkat menjadi dosen dalam ilmu logika di Universitas Johns Hopkins di 1879. Dia dipecat dari jabatannya beberapa tahun kemudian, di 1884, seperti yang diumumkan, ia menempuh kehidupan “gipsi “meskipun masih menikah. Dari kuliahnya itu, Charles Sanders Peirce mengedit Studies in Logic  (1883), koleksi esai para ilmuwan dan mahasiswanya.

            Masih bekerja untuk Survey, Charles Sanders Peirce tinggal di Washington selama dua tahun setelah pemecatannya. Pada tahun 1891, ia kemudian harus meninggalkan U.S. Coast Survey. Setelah keluar, Charles Sanders Peirce membeli rumah dan properti di Milford, Pennsylvania, di mana dia tinggal sampai kematiannya. Inilah waktunya ketika ia didera  kemiskinan yang mengenaskan. Charles Sanders Peirce tergantung pada bantuan keuangan orang lain dan tidak memiliki penghasilan lain selain  pekerjaan sporadis sebagai penerjemah dan konsultan ilmiah. William James tetap berkomitmen dan mencoba untuk membantu Charles Sanders Peirce. antara lain ia menyelenggarakan dua kuliah untuknya di Harvard agar ia memperoleh bayaran, dia juga mencari dukungan untuk Charles Sanders Peirce dari teman-temannya.

            Terlepas dari situasi keuangannya yang memprihatinkan, Pierce tetap produktif dalam menulis. Sepanjang hidupnya, Charles Sanders Peirce menerbitkan sejumlah besar artikel akademis dalam jurnal terkenal, seperti Proceeding American Academy of Arts and Sciences, atau American Journal of Matematics. Namun, banyak publikasi yang ditolak atau tidak pernah selesai. Reputasinya sebagai filsuf datang relatif terlambat.

            Menjadi seorang ahli kimia dengan pelatihan dan ahli geodesi melalu profesinya, Charles Sanders Peirce tetap dianggap sebagai filsuf ilmiah, terutama logika  sebagai keahliannya. Karya-karyanya yang paling terkenal adalah How to Make Our Ideas Clear, di mana ia mendirikan filsafat pragmatis, dan The Fixation of Belief, di mana ia membela metode ilmiah  yang baginya adalah satu-satunya cara, yang dengannya kemajuan menuju pengetahuan akan dapat dicapai. Keduanya diterbitkan dalam The Popular Science Monthly, serial  antara 1877 dan 1878.

           Meskipun minat utamanya adalah logika, dia terutama diakui sebagai pendiri mazhab pragmatisme, sebuah nama yang oleh Charles Sanders Peirce diubah menjadi “pragmaticism “pada tahun 1905 dalam rangka untuk memisahkan teori-teorinya. Charles Sanders Peirce pragmati(ci)sm didasarkan pada gagasan bahwa setiap konsep harus memiliki konsekuensi praktis dan dapat diamati, dengan asumsi bahwa nilai dari Konsep tergantung pada hasilnya. Akibatnya, salah satu kepentingan utamanya adalah untuk menunjukkan bagaimana filsafat dapat secara praktis diterapkan pada persoalan yang dihadapi manusia. Hal ini ia coba dengan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah. Bagi Charles Sanders Peirce, filsafat harus didasarkan pada prinsip-prinsip matematika.

            Dalam karyanya How to Make Our Ideas Clear, Charles Sanders Peirce telah menegaskan demi sebuah  gagasan tentang konsep yang jelas membedakan antara tiga tingkat konsepsi. Sedangkan yang pertama terkait dengan keakraban dan bukti diri, kedua menganggap adanya hubungan antara realitas dan fiksi, yang berkaitan dengan sebuah penafsir. Tingkat ketiga berkaitan dengan konsepsi kita tentang efek, yang menyebabkan konsepsi kita terhadap sebuah object.

            Charles Sanders Peirce dikenal karena sering menggunakan angka tiga. Terlepas dari ilmu-ilmu (yang harus dibagi ke dalam ilmu-ilmu tentang penemuan, review, dan ilmu-ilmu praktis, dia membedakan antara tiga bentuk filsafat. Agar fenomenologi ini  sangat hirarkis (apa yang muncul : menyelidiki fenomena), ilmu normative (apa saja fenomena  norma-norma hubungan terhadap keindahan, kebaikan, dan kebenaran), dan metafisika (apa realitasnya terhadap fenomena). Bagi Charles Sanders Peirce, fenomenologi adalah cabang yang paling abstrak, sedangkan dua lainnya merupakan penerapan yang lebih konkret. Lebih lanjut, ia membedakan antara tiga unsur fenomenologi : firstness (kualitas ide-ide), secondness (eksistensi atau fakta), dan thirdness (pemahaman, atau tanda-tanda). Dia kemudian membagi ilmu pengetahuan normative menjadi estetika, etika, dan logika, dan metafisika menjadi metafisika umum  (ontologi), metafisika agama, dan metafisika fisik.

            Setelah menggeluti aljabar, grafik, problem empat warna dan sebagainya, Charles Sanders Peirce juga membuat beberapa penemuan penting dalam matematika, misalnya dalam “Logic of Relatives “(1870), di mana ia memperpanjang teori hubungan. “On the Algebra of Logic: A Contribution to the Philosophy of Notation “(1885) / “Di Aljabar Logika : Sebuah Kontribusi terhadap Filsafat Notasi “(1885) dikutip oleh Ernst Schröder yang dengannya Charles Sanders Peirce memiliki hubungan intensif. Pierce juga dianggap sebagai salah satu pendiri statistik. Sebagai seorang ilmuwan yang sangat inovatif dan kreatif, Charles Sanders Peirce memiliki pengaruh yang sangat besar dan luas terhadap  pemikir lain seperti Alfred North Whitehead, Karl Raimund Popper, Bertrand Russell, dan muridnya, John Dewey.

           Charles Sanders Peirce meninggal karena kanker pada tanggal 20 April 1914. Dia meninggalkan sejumlah besar karya dengan berbagai topic termasuk logika, matematika, geodesi, astronomi, fisika, filsafat, dan ekonomi. Di antara karya-karyanya yang paling penting mengenai  pragmatisme adalah What Pragmatism Is (1905), Issues of Pragmaticism (1905) Prolegomena To an Apology For Pragmaticism (1906). Di antara tulisannya yang terkenal adalah Grounds of Validity of the Laws of Logic: Further Consequences of Four Incapacities (1869), The Harvard lectures on British logicians (1869–70), Description of a Notation for the Logic of Relatives (1870) On the Algebra of Logic (1880). Karya filsafatnya yang lain adalah The Monist Metaphysical Series (1891–93) A Neglected Argument for the Reality of God (1908).

            Penelitian yang paling terkemuka mengenai Charles Sanders Peirce dilakukan oleh sejarawan Carolyn Eisele dan Max Fisch dan, dan pada tahun 1946, Charles Sanders Peirce Society didirikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1  Simpulan

Dari pemaparan makalah diatas dapat disimplkan bahwa:

Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda-tanda dalam kehidupan manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam tanda yang perlu diartikan bahkan ditafssirkan dari suatu tanda. Charles Sanders Pierce merupakan salah satu tokoh semiotika yang sangat berpengaruh. Adapun teori semiotika Charles Sander  Pierce adalah tanda sebagai “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Hingga pada akhirnya ia berkeyakinan bahwa manusia berfikir dalam tanda. Secara etimologi ia menyatakan bahwa “kita hanya berfikir dalam tanda”. Tanda selain simbol dengan logika tanda juga merpakan alat komnikasi. Dari sini Charles Sanders Pierce semakin yakin segala sesuatu adalah tanda.

3.2  Saran

Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap perlu menyampaikan saran. Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih memahami materi dalam makalah ini karena sangat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari tentang Semiotika menurut Charles Pierce. Agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum tentang Semiotika khususnya semiotika menurut Charles Pierce melalui pemaparan makalah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://menurutahli.blogspot.com/2015/12/teori-semiotika-menurut-charles-sanders.html

https://pakarkomunikasi.com/teori-semiotika-charles-sanders-peirce

http://goedangbiografi.blogspot.com/2016/05/biografi-dan-pemikiran-charles-sanders.html

ulfahzakiyah.blogspot.com :2015/12

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar