MAKALAH
TEKNIK DEBAT WAWANCARA
Dosen Pengampu :
Aryani
Alda
Ellsandy Anwar (2016070290)
M. Faiz
Hakim Nazri (2016070346)
Emi Latifah (
UNIVERSITAS PAMULANG
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TANGERANG SELATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pamulang, 19
September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah
.............................................................................
1.3 Rumusan Penelitian
..........................................................................
1.4 Manfaat .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan berbagai
variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang
tercipta di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu,
variasi teknik yang digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan
pedoman psikologi individu. Beberapa diantara tugas perkembangan tersebut
menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang mengedepankan
kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa kelas yang dinamis,
interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat
mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini,
terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode pembelajaran
tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan
pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Berbagai macam Debat digunakan,
dalam upaya menumbuh kembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama
antar peserta didik dalam bentuk kelompok. Perkembangan model pembelajaran
debat saat ini masih barlangsung, bahkan model ini diterapkan hingga menjadi
jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat dunia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pada subbab diatas, dapat diuraikan
rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana
mekanisme dari definsi debat?
2.
Bagaimana
jenis-jenis debat?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan
makalah ini yaitu untuk mengetahui sedikit banyak mengenai jenis-jenis debat
beserta penjelasannya.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini bagi mahasiswa maupun pembaca untuk
menambah pengetahuan. Selain itu, dapat juga menambah pengetahuan pembaca
mengenai jenis-jenis debat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Debat
Istilah
debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik dengan
istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh pada
argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling
mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi dari debat sendiri adalah
suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai
bukti.
Berdasarkan
beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat
disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1.
Debat
adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual
maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat
dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat
dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
2.
Debat
adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana
antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
3.
Debat
terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak
mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari
orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena
itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
4.
Debat
adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
5.
Sebuah
kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka
dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.
Adapula debat yang
diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat
antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan
umum
Namun demikian,
beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat
formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat
parlementer". Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing
memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
2.2 Jenis dan Macam-macam Debat
1.
Debat parlementer/majelis (assembly or parlementary debating)
Bertujuan untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan
semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya; debat
parlementer merupakan ciri badan legislatif.
2.
Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan
terdahulu (cross-examination debating) Bertujuan untuk mengajukan serangkaian
pertanyaan yang satu dan yang lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para
individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh
oleh sang penanya; debat pemeriksaan ulang adalah suatu tehnik yang
dikembangkan dikantor-kantor pengadilan.
3.
Debat formal, konvensional,
atau debat pendidikan (formal, conventional, or education debating) Bertujuan
untuk memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para
pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau yang membantah suatu usul; debat
formal didasarkan pada konversi-konversi debat bersama secara politis.
2.3 Debat kompetitif
Debat
kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di
tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai
pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua
pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat
disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan
pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang
berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
Tidak
seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk
mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan
pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan
dalam bahasa asing).
Namun,
beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat
formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat
parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada
berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan
organisasinya sendiri.
Kejuaraan
debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di
tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk
tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi
debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun, beberapa
kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari
negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
(English as Second Language - ESL). Negara-negara yang terkenal dengan tim
debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di
Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
Di
Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi
oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di
tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang
diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah
di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity
English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua
kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas
yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan
delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian
Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2.4 Gaya Debat Parlementer
Format
debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat
parlemen sebenarnya:
· topik debat disebut mosi (motion)
· tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi)
sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi)
disebut Oposisi (Opposition)
· pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana
Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
· pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil
Speaker of The House
· penonton/juri dipanggil Members of the House
(Sidang Dewan yang Terhormat)
· interupsi disebut Points of Information
(POI)
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun
pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di
Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary.
Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan
dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim
mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7
menit
2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri
dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua
dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai
oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah. Mosi dalam format ini diberikan
dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang
oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization
marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi
meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak
Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat
yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang
boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh
dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini. Juri
(adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel
berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui
musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun
split decision. Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal
sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas.
2.5 Debat Peroposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua
tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan
topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan
kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran
Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada
praktiknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama
yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah
ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer,
debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung
(evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen.
Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama
menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun
retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang
tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan"
argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai
konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil
keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe
debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga
telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut
memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU
diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini
diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate
Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains
Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim
beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara
membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi
argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak
boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk
membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan
diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination)
atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan
dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara saksama mencatat semua
pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow). Di Indonesia,
format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas. Jadi, definisi dari
debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam
bentuk argumen disertai bukti. Selain itu, debat juga terbagi dalam beberapa
jenis, seperti:
1.
Debat parlementer/majelis (assembly or parlementary debating)
Bertujuan untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan
semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya; debat parlementer
merupakan ciri badan legislatif.
2.
Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan
terdahulu (cross-examination debating) Bertujuan untuk mengajukan serangkaian
pertanyaan yang satu dan yang lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para
individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh
oleh sang penanya; debat pemeriksaan ulang adalah suatu tehnik yang
dikembangkan dikantor-kantor pengadilan.
3.
Debat formal, konvensional,
atau debat pendidikan (formal, conventional, or education debating) Bertujuan
untuk memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para
pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau yang membantah suatu usul; debat
formal didasarkan pada konversi-konversi debat bersama secara politis.
1.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan agar pembaca bersedia
memberikan kritik dan sarannya yang bisa menjadi acuan atau pedoman untuk
penulis agar lebih baik dalam pembuatan makalah
DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman. 2011. Revolusi dan Inovasi
Pembelajaran Melalui Mobile Learning, (Online),
(http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasi-pembelajaran-melalui-mobile-learning/,
diakses 7 Maret 2012.
Widodo, Rachmad. (2009). Metode Pembelajaran
Debate (Debat). (Online, alamat:
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-debate-debat/,diakses:
30 Januari 2013).
Link and Sites:
http://kduage.blogspot.co.id/p/debat_21.html
http://www.komunikasipraktis.com/2014/09/teknik-debat-dan-cara-berdebat-yang-baik.html
http://www.investasi.web.id/net/sebutkan-jenis-jenis-debat.html/
http://ekkyocta16.blogspot.co.id/2014/12/metode-debat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar